Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Negeri Aktivisme, Negeri yang Dibangun oleh Para Aktivis

55
×

Negeri Aktivisme, Negeri yang Dibangun oleh Para Aktivis

Sebarkan artikel ini

Oleh : Afiq Naufal

Tidak ada negeri seperti Indonesia, tempat di mana setiap entitas, setiap gagasan, dan setiap jiwa seolah memiliki panggilan untuk mengorganisasi diri, menyuarakan pendapat, dan bergerak demi perubahan. Tidak heran jika seluruh denyut nadi bangsa ini diwarnai oleh nafas aktivisme. Dari organisasi mahasiswa seperti HMI, PMII, KAMMI, GMNI, hingga GMKI yang mewakili suara Kristen, atau organisasi Hindu Dharma Indonesia yang menjaga tradisi dan keyakinan, semuanya menjadi bagian dari narasi besar tentang bagaimana bangsa ini dirajut oleh semangat kolektif. Bahkan organisasi budaya dan tradisi, seperti Lembaga Kebudayaan Betawi atau institusi adat di Nusantara, tak lepas dari nafas aktivisme.

Example 500x700

Di negeri ini, aktivisme bukan sekadar pergerakan. Ia adalah ruh yang menghidupkan bangsa. Berbeda dengan negara-negara lain di mana organisasi sering kali bersifat profesional atau eksklusif, di Indonesia setiap elemen masyarakat, setiap kelompok, bahkan setiap agama, terwakili dalam organisasi dengan nafas perjuangan. Aktivisme di sini tidak hanya soal politik; ia adalah semangat kolektif untuk menjaga identitas, membangun solidaritas, dan merajut cita-cita besar.

Sejak awal, bangsa ini dibidani oleh para aktivis. Jangan lupa, kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil dari diplomasi atau senjata, tetapi juga buah dari pikiran dan gerakan kolektif. Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka—mereka adalah aktivis yang memulai semuanya. Dengan gagasan besar, mereka tidak hanya berbicara atas nama diri sendiri, tetapi atas nama bangsa yang bahkan belum terkonsolidasi sepenuhnya. Saat itu, raja-raja di daerah belum semua memahami apa itu “Indonesia,” namun klaim besar para aktivis ini menjadi pilar pertama yang menopang berdirinya negeri ini.

Jangan heran jika pengusaha atau tokoh bisnis sering kali memiliki usia pendek dalam membangun narasi bangsa. Sebab mereka tidak lahir dari rahim aktivisme yang penuh gagasan dan idealisme. Mereka mungkin memiliki modal materi, tetapi aktivisme adalah soal modal narasi, modal keberanian, dan modal pengorganisasian. Aktivisme, dengan segala hiruk-pikuknya, adalah seni untuk melampaui zaman, untuk tetap relevan dalam perputaran sejarah yang tak kenal henti.

Fenomena aktivisme di Indonesia tidak pernah berhenti. Dari masa lalu hingga kini, kita menyaksikan bagaimana semangat ini mengalir ke segala lini. Aktivis yang dulu turun ke jalan kini berada di ruang-ruang kekuasaan, baik di pemerintahan, parlemen, hingga institusi swasta. Mereka masuk ke dunia bisnis, media, dan pendidikan, membawa serta semangat yang tak pernah padam.

Organisasi mahasiswa seperti GMKI, PMKRI, atau KMHDI, misalnya, bukan hanya mewakili agama mereka, tetapi juga menjadi ruang untuk menyuarakan kepentingan bersama, memperjuangkan kebebasan, dan menjaga keadilan. Sementara itu, organisasi budaya seperti Dewan Kesenian Jakarta atau institusi adat di Papua, Bali, dan daerah lainnya juga bergerak dengan semangat aktivisme, menjaga tradisi sekaligus memperjuangkan eksistensi di tengah modernitas.

Tidak ada sektor yang lepas dari semangat ini. Aktivisme di Indonesia telah menjelma menjadi karakter bangsa, menyusup ke dalam setiap lapisan masyarakat. Dalam jalanan, kita melihat mahasiswa membawa spanduk dan teriakan. Dalam parlemen, kita menyaksikan bagaimana narasi besar tetap dipertaruhkan. Bahkan dalam dunia digital, aktivisme telah menemukan ruang baru di media sosial, tempat gagasan-gagasan besar terus diperdebatkan dan disebarkan.

Namun, dunia aktivisme juga memiliki dinamikanya sendiri. Dalam ruang ini, hierarki tak bisa dihindarkan. Ada senior dan junior, ada mereka yang dianggap tokoh besar dan mereka yang baru memulai langkahnya. Hierarki ini bukan soal keangkuhan, tetapi sebuah proses pengujian gagasan. Dalam dunia aktivisme, gagasan yang kuat akan bertahan, sementara yang lemah akan tergerus oleh zaman.

Hierarki ini juga melahirkan fenomena yang khas: klaim-klaim besar atas nama bangsa, rakyat, atau kemanusiaan. Klaim ini sering kali menjadi dasar dari perubahan besar. Ketika Soekarno mengklaim kemerdekaan atas nama seluruh bangsa Indonesia, meskipun belum semua terlibat, klaim itu menjadi pijakan pertama bagi perjalanan bangsa ini. Begitu pula hari ini, klaim-klaim besar terus bermunculan, menjadi bahan bakar bagi demokrasi yang dinamis.

Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang gaduh, tetapi itulah tanda bahwa ia hidup. Aktivisme memainkan peran penting dalam menjaga demokrasi ini tetap bernyawa. Dari gerakan lingkungan yang menentang eksploitasi alam, hingga perjuangan hak asasi manusia yang menuntut keadilan, semua ini adalah manifestasi dari semangat aktivisme yang tidak pernah padam.

Namun, aktivisme tanpa arah bisa menjadi liar. Demokrasi tanpa visi bersama bisa kehilangan substansi. Karena itu, tugas para aktivis bukan hanya untuk bergerak, tetapi juga untuk merumuskan tujuan besar yang bisa diraih bersama. Mereka harus menjaga agar perjuangan tetap berada di jalur progresivitas, agar klaim besar mereka tidak sekadar menjadi retorika kosong, tetapi benar-benar membawa perubahan nyata.

Indonesia, negeri aktivisme, adalah sebuah bangunan agung yang terus disusun ulang oleh generasi demi generasi. Dari masa lalu hingga masa kini, dari jalanan hingga ruang-ruang kekuasaan, para aktivis adalah arsitek dari narasi besar ini. Negeri ini bukan milik satu golongan, tetapi milik mereka yang berani bermimpi, berani berbicara, dan berani bertindak.

Di tengah hiruk-pikuk zaman, aktivisme adalah denyut nadi yang menjaga bangsa ini tetap hidup. Dengan segala dinamikanya, aktivisme telah membentuk Indonesia menjadi negeri yang unik, negeri yang dibangun oleh tangan-tangan para aktivis. Negeri Aktivisme, Negeri yang Dibangun oleh Para Aktivis.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Opini

dr.Dewi Setiawati Dosen FKIK UIN Alauddin Makassar Panjang…