Jakarta – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Prof. Dr. Taruna Ikrar, menegaskan pentingnya sinergi antara BPOM dan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) untuk mewujudkan obat yang murah, aman, dan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara pembukaan Asistensi Regulasi Obat Wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Sumatera yang digelar di DoubleTree Hotel, Kemayoran, Jakarta.
Dalam sambutannya, Prof. Taruna menyoroti pentingnya mempercepat akses obat inovatif, seperti produk biologi dan terapi genetik, yang saat ini sudah tersedia di Eropa dan Amerika Serikat namun belum dapat diakses di Indonesia. Keterlambatan akses tersebut berdampak pada harga obat yang relatif tinggi di dalam negeri. Untuk itu, BPOM bersama GPFI berkomitmen mengoptimalkan proses perizinan yang lebih efisien dan mengembangkan regulasi yang adaptif guna mempercepat ketersediaan obat-obatan inovatif di pasar nasional.
GPFI, yang menaungi lebih dari 160 pabrik farmasi dengan produksi sekitar 2.000 jenis obat, siap memperkuat industri farmasi dalam negeri melalui optimalisasi produksi dan distribusi lokal. Hal ini bertujuan mengurangi ketergantungan impor dan mendorong kemandirian sektor farmasi nasional.
BPOM juga mengusung pendekatan ABG (Academic, Business, Government) sebagai strategi kolaborasi tiga pilar antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah dalam mempercepat inovasi dan memperkuat sistem kesehatan nasional.
Di bawah kepemimpinan Prof. Taruna Ikrar, BPOM berkomitmen memberikan asistensi regulatori yang intensif, percepatan perizinan, serta membangun kredibilitas global dalam regulasi obat. Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya inovasi dan kemandirian dalam sektor kesehatan demi memastikan keadilan akses obat bagi seluruh rakyat Indonesia.