Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Menyelamatkan Generasi, Menjaga Negeri: Kiprah BPOM dalam Pengawasan Obat dan Zat Adiktif

3
×

Menyelamatkan Generasi, Menjaga Negeri: Kiprah BPOM dalam Pengawasan Obat dan Zat Adiktif

Sebarkan artikel ini

Oleh: dr. William Adi Teja, MD., B.Med., M.Med

(Deputi 1 Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif BPOM RI )

Example 500x700

Dalam diamnya ruang-ruang keluarga, di balik senyum polos seorang anak, dan dalam letihnya seorang ibu yang meracik obat bagi buah hatinya—terselip harapan besar: agar setiap tetes obat, setiap makanan, dan setiap produk yang dikonsumsi aman, bermutu, dan tidak membahayakan generasi.

Di sinilah Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) mengambil peran yang tak hanya strategis, tapi juga moral dan kemanusiaan. Dalam senyap namun teguh, BPOM berdiri sebagai garda terdepan penjaga kesehatan bangsa melalui pengawasan yang ketat terhadap obat-obatan, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif (NAPZA).

Di Tengah Arus Deras Tantangan

Indonesia kini menghadapi tantangan serius: maraknya penyalahgunaan obat dan zat adiktif di kalangan generasi muda, peredaran ilegal produk farmasi, hingga munculnya obat-obatan palsu yang mengancam nyawa.

Fakta menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba pada usia produktif terus meningkat. Anak-anak sekolah hingga mahasiswa berada dalam pusaran godaan zat-zat perusak saraf dan masa depan. Dalam konteks ini, BPOM tak sekadar menjadi regulator, tapi juga penjaga masa depan.

Sains dan Empati dalam Satu Langkah

Pengawasan terhadap obat dan zat adiktif bukanlah sekadar urusan laboratorium dan dokumen regulasi. Ia adalah kombinasi antara ketelitian ilmiah dan empati kemanusiaan. Setiap uji laboratorium bukan hanya mengukur kadar zat aktif, tetapi juga menjadi benteng terhadap kerusakan organ tubuh manusia, gangguan perkembangan otak anak, bahkan potensi kematian.

Sebagai institusi berbasis evidence-based policy, BPOM menerapkan teknologi mutakhir dalam sistem pengawasan, seperti electronic tracking, intensifikasi sampling, dan penguatan pengawasan post-market. Namun lebih dari itu, BPOM juga terlibat dalam edukasi publik: mengubah pola pikir menjadi budaya sadar risiko.

Menjaga Negeri dari Ancaman Tersembunyi

Bahaya narkotika, psikotropika, dan zat adiktif bukan hanya urusan medis—ia adalah ancaman kedaulatan bangsa. Generasi yang rusak oleh adiksi akan melahirkan negara yang lemah. Maka pengawasan NAPZA oleh BPOM adalah bagian dari bela negara.

Dengan sinergi antara lembaga penegak hukum, Kementerian Kesehatan, pendidikan, dan komunitas, BPOM membangun ekosistem pengawasan yang kokoh. Di balik pengawasan ini, ada ribuan petugas yang bekerja siang dan malam untuk memastikan bahwa produk-produk yang beredar tidak mengandung racun tersembunyi yang menggerogoti perlahan.

Generasi Sehat adalah Investasi Bangsa

Menjaga generasi muda dari paparan zat berbahaya adalah investasi jangka panjang. Tubuh yang sehat, otak yang jernih, dan mental yang kuat adalah modal utama bagi Indonesia Emas 2045. Di sinilah BPOM memegang peranan penting: mencegah sebelum bencana datang.

Dalam pengawasan obat, BPOM memastikan bahwa hanya produk yang teruji mutu, keamanan, dan khasiatnya yang boleh beredar. Dalam pengawasan zat adiktif, BPOM memperketat regulasi dan distribusi serta melakukan operasi terpadu lintas sektor untuk memutus mata rantai peredaran gelap.

Bukan Sekadar Lembaga, Tapi Penjaga Harapan

BPOM bukan hanya institusi negara. Ia adalah perpanjangan tangan doa seorang ibu yang ingin anaknya tumbuh sehat. Ia adalah jawaban dari harapan seorang guru yang ingin muridnya bebas dari kecanduan. Ia adalah benteng dari mimpi-mimpi besar bangsa yang tidak boleh direnggut oleh zat-zat penghancur.

Dan pada akhirnya, kiprah BPOM adalah tentang cinta kepada generasi dan kesetiaan kepada negeri. Sebab, menyelamatkan satu anak dari jerat zat adiktif, adalah menyelamatkan masa depan. Dan menjaga satu tetes obat tetap aman, adalah menjaga martabat kemanusiaan.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Opini

dr.Dewi Setiawati Dosen FKIK UIN Alauddin Makassar Panjang…