Penulis: Irwansyah
Di setiap perjalanan, manusia tidak hanya mencari tempat indah untuk dilihat, tetapi juga rasa untuk dirasakan, aroma untuk dikenang, dan sajian yang menenangkan jiwa. Kota Solo, dengan segala kesederhanaannya, menghadirkan itu semua melalui wisata kuliner yang sarat makna.
Di sudut-sudut kota, tersaji hidangan laut—ikan nakat yang gurih, udang yang segar, kerang yang lembut, serta cumi yang kenyal—semuanya berpadu dalam balutan aneka sambal khas Solo. Setiap suapan terasa bukan sekadar makanan, tetapi doa syukur yang terucap dalam diam.
Rasa pedas sambal seolah mengajarkan kita tentang getirnya hidup, gurih ikan mengingatkan akan nikmat rezeki yang Allah titipkan, manisnya udang seakan meneguhkan bahwa hidup tak selalu pahit, sementara lembutnya kerang menyimbolkan hati yang perlu dijaga agar tetap bersih.
Lebih dari sekadar rasa, wisata kuliner ini juga menjadi ruang silaturahmi. Duduk bersama keluarga, sahabat, maupun orang-orang tercinta di meja makan, menghadirkan kehangatan yang tak ternilai. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa silaturahmi dapat melapangkan rezeki dan memanjangkan umur. Kini, ilmu kesehatan modern pun membuktikan bahwa silaturahmi mampu menurunkan stres, meningkatkan hormon kebahagiaan seperti endorfin dan oksitosin, memperkuat sistem imun, serta menyehatkan jantung.
Dalam hidangan sederhana itu, kita belajar bahwa kuliner bukan hanya perkara mengenyangkan perut, tetapi juga jembatan yang mendekatkan hati pada Sang Pencipta. Setiap rezeki yang hadir di meja adalah titipan-Nya, dan rasa syukur adalah bumbu terindah yang membuat semua jadi sempurna.
Maka, menikmati wisata kuliner di Solo sejatinya bukan hanya perjalanan lidah, melainkan perjalanan batin. Rindu yang terhidang di setiap sajian laut itu bukan sekadar rindu pada rasa, melainkan rindu untuk selalu kembali pada-Nya, sumber segala nikmat, kebersamaan, dan kebahagiaan sejati.