Nusa Dua, Bali ,Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Prof. Taruna Ikrar, kembali menunjukkan kepemimpinan Indonesia di panggung internasional. Dalam forum bergengsi Asia-Pacific Self-Medication Industry (APSMI) Meeting and Seminar di Hotel Merusaka, Nusa Dua, Bali kamis 9 Oktober 2025
Taruna menyampaikan pesan yang menggugah hati:
> “Obat bukan sekadar zat kimia, melainkan amanah kehidupan. Di dalam setiap butir obat tersimpan harapan untuk sembuh dan hidup lebih baik. BPOM hadir bukan hanya untuk mengawasi, tetapi untuk memastikan amanah itu dijalankan dengan penuh tanggung jawab.”
Pernyataan tersebut menggema kuat di hadapan para perwakilan regulator dan industri farmasi dari negara-negara Asia Pasifik yang hadir dalam forum ini.
Taruna Ikrar menegaskan pentingnya literasi kesehatan nasional di tengah meningkatnya tren self-medication (pengobatan mandiri) di masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 80% masyarakat Indonesia melakukan pengobatan sendiri, terutama pascapandemi COVID-19.
> “Self-medication bukan sekadar tren, tapi wujud kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatannya. Namun kemandirian tanpa literasi hanya akan menimbulkan risiko baru. Karena itu, BPOM menempatkan edukasi dan literasi kesehatan sebagai benteng utama,” jelasnya.
Ia menambahkan, masyarakat yang melek obat akan mampu memilih, memahami, dan menggunakan obat secara aman sekaligus berperan aktif dalam menciptakan sistem kesehatan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
BPOM saat ini tengah mengembangkan kerangka regulasi yang seimbang antara perlindungan dan kemajuan, sejalan dengan amanat UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023 dan PP No. 28 Tahun 2024.
Melalui digitalisasi sistem pengawasan, seperti track and trace, 2D barcode, dan e-label, BPOM memastikan transparansi dan keamanan obat hingga ke tangan masyarakat.
Selain itu, BPOM juga memperluas akses distribusi obat bebas melalui fasilitas non-apotek seperti supermarket dan minimarket, tetap dengan pengawasan berbasis risiko.
> “Regulasi bukan untuk membatasi, tetapi untuk menuntun inovasi agar tetap berakar pada keselamatan dan berbuah bagi kemaslahatan,” ujar Taruna.
Konsep ABG (Academia–Business–Government) yang digagasnya menjadi model sinergi nasional dalam memperkuat riset dan inovasi teknologi kesehatan — sebuah langkah nyata menuju Indonesia Emas 2045.
Kehadiran BPOM RI dalam forum APSMI menjadi bukti pengakuan internasional atas peran strategis Indonesia dalam memperkuat keamanan dan kemandirian obat di kawasan Asia Pasifik.
BPOM dinilai berhasil menyeimbangkan integritas regulasi dengan keterbukaan inovasi, sehingga menjadi mitra utama dalam membangun sistem kesehatan yang adaptif dan berdaya saing global.
Para peserta forum memuji pendekatan BPOM yang tidak hanya berfokus pada regulasi, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat.
Menutup paparannya, Taruna Ikrar menyampaikan refleksi yang sarat makna:
> “Dari Bali, kita kirimkan pesan kepada dunia: bahwa kesehatan adalah hak setiap manusia, dan obat adalah simbol tanggung jawab bersama. Mari kita jaga amanah kehidupan ini dengan ilmu, empati, dan komitmen.”
Dengan semangat “Menjulang, Membumi, dan Mengakar”, BPOM RI terus memperkuat literasi kesehatan, menegakkan keadilan akses obat, dan membangun kepercayaan publik melalui pengawasan yang transparan, inovatif, dan humanis demi bangsa yang sehat, berdaya, dan bermartabat di mata dunia pungkas taruna.
















