MAKASSAR – Serum Institute menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Menjaga Stabilitas Nasional melalui Penguatan Nilai Nasionalisme Menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia 2025” di Hotel Jolin Makassar, pada 5 Agustus 2025. Acara ini dihadiri oleh berbagai kelompok aktivis di Makassar serta sejumlah tokoh penting.
FGD ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, antara lain Direktur Serum Institute Makassar Irfan Baso, Ketua PMKRI Makassar Dawita Rama, Ketua KAMMI Makassar Imran S. Sos, Panglima GAM La Ode Ikra Pratama, Ketua BEM Sospol Unismuh Makassar Nurlili Karmila Putri, serta Sekjen ADRI Sulsel DR. M. Yusuf Alfian Rendra Anggoro KR, S.E, M.M.
Irfan Baso, dalam sambutannya, menyoroti fenomena pengibaran bendera dan simbol-simbol non-resmi, seperti bendera One Piece, yang semakin marak di ruang publik, terutama menjelang peringatan Hari Kemerdekaan. Ia menjelaskan bahwa fenomena ini dipengaruhi oleh perkembangan budaya populer global yang memiliki banyak penggemar di Indonesia.
“Penggemaran terhadap budaya populer bukanlah hal yang salah, tetapi penggunaan simbol-simbol tersebut dalam momentum kenegaraan dapat menimbulkan pergeseran makna dan mengaburkan kesadaran nasionalisme, khususnya di kalangan generasi muda,” ujarnya.
Irfan menambahkan bahwa pengibaran bendera non-negara berpotensi memunculkan gesekan sosial dan dianggap sebagai tindakan yang kurang menghormati simbol negara dan sejarah perjuangan bangsa.
Para peserta FGD sepakat bahwa Kota Makassar memiliki peran strategis dalam konteks ini. Sebagai gerbang utama Indonesia Timur, Makassar bukan hanya pusat ekonomi, perdagangan, dan pendidikan, tetapi juga kota dengan sejarah perjuangan yang panjang. Semangat perjuangan Sultan Hasanuddin dan para tokoh lokal lainnya diharapkan dapat menjadi inspirasi dalam memperkuat rasa cinta tanah air di era modern ini.
Dalam diskusi tersebut, juga ditekankan pentingnya peran generasi muda, khususnya mahasiswa, sebagai agen perubahan dan garda terdepan dalam menjaga stabilitas nasional melalui penguatan nilai kebangsaan. Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan 2025, komitmen bersama dalam menjaga simbol-simbol negara dan menanamkan nilai nasionalisme sejak dini perlu diteguhkan kembali.
Para peserta juga sepakat bahwa pengibaran bendera Merah Putih harus dimaknai bukan hanya sebagai kewajiban formal, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap sejarah perjuangan bangsa. Masyarakat dan mahasiswa harus mengambil peran aktif untuk mengedukasi, mengingatkan, dan mengajak seluruh elemen bangsa agar tidak terjebak dalam euforia budaya populer yang dapat mengikis kesadaran kebangsaan.
Stabilitas nasional juga menjadi perhatian utama dalam diskusi ini. Stabilitas nasional adalah prasyarat utama bagi kelancaran pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Gangguan terhadap stabilitas, baik yang bersifat fisik maupun simbolis, dapat menghambat tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, FGD ini menghasilkan sejumlah rekomendasi, antara lain perlunya upaya terencana, sistematis, dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk mengembalikan fokus peringatan kemerdekaan kepada nilai-nilai nasionalisme yang sejati. Kegiatan edukasi, kampanye publik, diskusi kebangsaan, dan gerakan pengibaran bendera Merah Putih secara serentak adalah langkah konkret yang bisa dilakukan.
Dengan menguatkan rasa cinta tanah air, menghormati simbol negara, dan menjaga stabilitas dalam negeri, diharapkan peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2025 akan menjadi momentum persatuan, penghormatan terhadap perjuangan bangsa, dan pernyataan bahwa Indonesia akan selalu teguh berdiri di bawah kibaran Merah Putih.