Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Opini

Semangat Sumpah Pemuda Di Era Validasi

15
×

Semangat Sumpah Pemuda Di Era Validasi

Sebarkan artikel ini

Oleh : dr Wachyudi Muchsin SKed SH MKes C.Med

Di zaman yang serba terkoneksi, pemuda dan pemudi tumbuh dalam dunia yang tak pernah benar-benar sunyi. Suara notifikasi menjadi musik latar kehidupan, dan kamera menjadi saksi dari setiap langkah yang ingin tampak sempurna. Kadang tanpa sadar, kita berhenti hidup untuk bahagia dan mulai hidup untuk terlihat bahagia.

Example 500x700

Segalanya kini diukur dari siapa yang melihat, siapa yang menyukai, siapa yang memuji. Kita berlomba-lomba membangun citra, tapi sering lupa membangun diri. Hidup pun berubah menjadi panggung panjang, di mana keaslian perlahan tergantikan oleh kebutuhan untuk diakui.

Menurut psikologi sosial, manusia memang diciptakan dengan dorongan alami untuk mencari pengakuan. Kita ingin diterima, dihargai, dan dianggap penting. Namun, ketika pengakuan itu menjadi bahan bakar utama untuk bertahan, arah hidup pun bergeser. Kita tak lagi tahu mana yang benar-benar kita mau, dan mana yang cuma ingin dilihat orang lain.

Setiap unggahan menjadi ajang menakar harga diri. Notifikasi menjadi ukuran kebahagiaan, sementara proses, perjuangan, dan keheningan batin sering kali terlupakan. Pencapaian kecil diunggah bukan karena syukur, tapi karena ingin tepuk tangan digital. Akibatnya, kebahagiaan terasa rapuh bergantung pada layar, bukan pada rasa.

Hidup lalu menjadi bising oleh perbandingan. Kita menoleh ke kiri dan kanan, membandingkan langkah dengan orang lain, padahal tiap orang punya musimnya sendiri. Semakin sering membandingkan, semakin hilang rasa cukup dalam diri. Padahal, validasi paling berharga justru datang dari dalam ketika kita bisa berkata jujur, “sudah cukup,” tanpa perlu disetujui siapa pun.

Di era yang serba cepat dan penuh sorotan ini, menjadi autentik adalah keberanian. Karena di ujung hari, yang paling tahu perjalanan hidup kita bukan mereka yang menonton, tapi diri sendiri yang berjuang dalam diam.

Dan di tengah hiruk pikuk dunia maya, Hari Sumpah Pemuda tahun ini mengajak kita untuk kembali pada makna sejati: bersatu bukan karena sama, tapi karena sadar tujuan bersama.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *