Makassar, 1 Desember 2025 – Seruan untuk menjaga kampus sebagai ruang intelektual murni mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh SERUM INSTITUTE, Senin (1/12/2025). Acara bertema “Refleksi Akhir Tahun: Berkembangnya Paham Sosialis di Kampus di Kota Makassar” tersebut diselenggarakan di Hotel Grand Asia Boulevard Makassar dan menghadirkan sejumlah akademisi serta pemerhati pendidikan.
Salah satu pembicara kunci, Dr. M. Alfian Rendra Anggoro, M.M., menegaskan bahwa kampus harus tetap berfungsi sebagai pusat pengembangan nalar, bukan arena aksi politik praktis yang mengganggu aktivitas akademik.
“Kampus adalah ruang akademik yang didesain sebagai pabrik produksi nalar intelektual, tempat mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan solutif,” ujar Alfian dalam paparannya.
Ia mengakui bahwa hak menyampaikan pendapat di muka umum dijamin oleh konstitusi, sebagaimana termuat dalam UUD 1945. Namun, menurutnya, hak tersebut harus dijalankan dengan tetap menjaga ketertiban umum serta menghormati norma dan aturan yang berlaku.
“Sebagai institusi akademik, kampus tidak boleh dijadikan tempat aktivitas yang mengarah pada tindakan demonstratif yang mengganggu proses belajar mengajar,” tegas Alfian. Ia menambahkan bahwa penyampaian pendapat di lingkungan kampus seharusnya diekspresikan melalui mekanisme intelektual, seperti diskusi ilmiah, forum resmi, atau saluran organisasi kemahasiswaan yang sesuai dengan tata kelola kampus.
Dalam konteks perkembangan paham-paham tertentu, termasuk sosialisme, di lingkungan kampus, Alfian menekankan pentingnya pendekatan akademik. Ia menyatakan bahwa gerakan mahasiswa pada hakikatnya adalah gerakan moral dan intelektual.
“Gerakan mahasiswa sesungguhnya adalah gerakan moral dan gerakan intelektual. Ia tidak boleh didorong oleh luapan emosi sesaat, tetapi harus dilandasi data, kajian, nalar kritis, serta tanggung jawab akademik,” paparnya.
Lebih lanjut, Alfian mengingatkan peran strategis mahasiswa sebagai agen perubahan. “Mahasiswa adalah agen perubahan yang dituntut menghadirkan solusi, bukan memperkeruh keadaan,” imbuhnya.
FGD ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi bersama bagi sivitas akademika di Makassar untuk menavigasi dinamika pemikiran di kampus, dengan tetap mengedepankan etika akademik, kedewasaan berpikir, dan kontribusi solutif bagi bangsa.
















