Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Opini

Refleksi Akhir Tahun : Membaca Ulang Perjalanan Bangsa di Tengah Ujian dan Harapan

13
×

Refleksi Akhir Tahun : Membaca Ulang Perjalanan Bangsa di Tengah Ujian dan Harapan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Dr. Jumadi, S.Pd.I., M.Pd.I.

Menjelang akhir tahun, bangsa Indonesia kembali berada pada sebuah titik perenungan. Waktu yang berlalu bukan sekadar deretan angka dalam kalender, tetapi rangkaian peristiwa yang membentuk kesadaran kolektif kita sebagai anak bangsa.

Example 500x700

Sepanjang tahun ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai dinamika sosial, politik, ekonomi, serta rangkaian bencana alam yang menyentuh hampir seluruh penjuru negeri. Dari banjir, longsor, gempa bumi, hingga kebakaran hutan, semuanya menjadi catatan penting yang tidak boleh dilupakan.

Refleksi akhir tahun, bukan sekadar nostalgia atas apa yang telah terjadi, melainkan usaha sadar untuk membaca makna di balik setiap peristiwa. Di sinilah kita diuji: apakah setiap musibah hanya dipandang sebagai takdir yang berlalu atau sebagai pesan moral untuk memperbaiki cara mengelola kehidupan bersama.

Bencana Alam sebagai Cermin Relasi Manusia dengan Alam

Sepanjang tahun ini, bencana alam hadir berulang kali di berbagai daerah misalnya di Sumatera, Jawa, Sulawesi, hingga wilayah timur Indonesia. Banjir bandang, tanah longsor, gempa bumi dll tidak hanya menimbulkan kerugian material, tetapi juga luka sosial yang mendalam. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, bahkan anggota keluarganya. Bencana ini menyingkap satu kenyataan pahit yaitu relasi manusia dengan alam belum sepenuhnya dibangun atas dasar kehati-hatian dan keberlanjutan.

Bencana alam tidak selalu murni peristiwa alamiah, tetapi Ia seringkali merupakan akumulasi dari kebijakan pembangunan yang abai terhadap lingkungan, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, serta lemahnya penegakan hukum. Refleksi akhir tahun mengajak kita jujur melihat bahwa kemajuan ekonomi yang tidak disertai etika ekologis justru menempatkan bangsa ini pada risiko jangka panjang.

Dalam perspektif keislaman dan kebangsaan, menjaga alam sejatinya adalah bagian dari tanggung jawab moral negara dan warganya. Alam bukan hanya sumber daya, tetapi ruang hidup bersama yang menentukan masa depan generasi. Di titik inilah bencana menjadi pengingat keras bahwa pembangunan harus kembali pada prinsip keseimbangan.

Ujian Sosial dan Ketangguhan Solidaritas

Selain bencana alam, tahun ini juga ditandai oleh berbagai ujian sosial misalnya kesenjangan ekonomi, ketegangan sosial, serta dinamika politik yang mempengaruhi stabilitas masyarakat. Dalam konteks yang berbeda di beberapa daerah, bencana justru membuka wajah lain bangsa ini yaitu solidaritas, relawan bergerak, bantuan mengalir, dan kepedulian lintas daerah tumbuh dengan tulus.

Fenomena ini menunjukkan bahwa di balik berbagai persoalan, Indonesia masih memiliki modal sosial yang kuat yaitu solidaritas, gotong royong, dan empati tetap hidup sebagai nilai dasar bangsa. Namun kondisi ini menuntut pertanyaan kritis yang menjadi renungan bersama “apakah solidaritas ini hanya muncul saat krisis atau menjadi kebijakan dan sistem yang berkelanjutan?

Bangsa yang besar bukan hanya tangguh menghadapi bencana, tetapi yang mampu belajar dari setiap krisis. Ketangguhan sosial harus diikuti dengan perbaikan tata kelola, kebijakan yang berpihak pada rakyat, serta pendidikan karakter yang menanamkan kepedulian sebagai nilai hidup, bukan sekadar reaksi emosional.

Menutup Tahun dengan Kesadaran dan Harapan

Akhir tahun seharusnya tidak ditutup dengan kelelahan kolektif, melainkan dengan kesadaran baru. Peristiwa dan bencana yang terjadi sepanjang tahun adalah pelajaran berharga tentang pentingnya kehati-hatian, keadilan sosial, dan tanggung jawab bersama. Bangsa ini tidak kekurangan potensi, tetapi seringkali diuji dalam hal konsistensi menjaga nilai.

Kita menata kembali orientasi pembangunan, memperkuat solidaritas sosial, serta menumbuhkan kesadaran bahwa masa depan Indonesia ditentukan oleh cara kita belajar dari masa lalu. Harapan selalu ada, selama anak bangsa ini bersedia jujur pada dirinya sendiri dan berani berubah.

Menutup tahun bukan berarti mengakhiri cerita, melainkan membuka lembaran baru dengan kebijaksanaan yang lebih matang demi Indonesia yang lebih adil, tangguh dan beradab menuju Indonesia Emas 2045.

Irfan Suba Raya

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *