Oleh : Muh Arsan Fitri
Pada bulan oktober 2024, sosok polisi bernama Laode Rusli mendadak viral di media sosial, khususnya di TikTok. Dalam sebuah cuplikan video yang menarik perhatian jutaan netizen, Laode terlibat dalam interaksi konyol dengan Dedy Zulhamdi Mannaroi.
Dalam video tersebut, Dedy, yang dikenal sebagai konsultan politik, mempertanyakan keaslian Laode sebagai polisi, meskipun Laode mengenakan seragam lengkap.
“Polisi asli atau polisi honorer?” tanya Dedy, dengan nada penuh curiga. Laode, dengan wajah tegas dan penuh percaya diri, menjawab, “Polisi asli!”
sambil mengepalkan tangan. Dedy pun tidak puas dan meminta bukti, “Mana buktinya?” Laode kemudian menyebutkan bahwa ia memiliki NRP (Nomor Registrasi Perwira) dan mengaku siap menunjukkan kartu anggotanya, namun menolak untuk melakukannya di depan kamera.
Video tersebut menjadi viral, ditonton lebih dari 7,6 juta kali. Berbagai komentar netizen pun muncul, mulai dari yang percaya bahwa situasi itu serius hingga yang menganggapnya sebagai konten komedi. Namun, di balik semua itu, Laode dan Dedy sebenarnya adalah sahabat baik yang sering bercanda dan berdebat tentang banyak hal, termasuk politik.
Setelah video tersebut, Laode merasakan dampak positifnya. Banyak teman dan keluarga, bahkan anak buahnya, mulai menghubungi dan menanyakan tentang viralnya konten tersebut. Laode, yang berasal dari Pulau Muna dan besar di Buton, mengaku senang atas perhatian yang diterimanya.
Kehidupan Laode sebagai polisi tidaklah mudah. Ia sebelumnya menjabat sebagai Danki 3 Batalyon B Pelopor di Baebunta, Luwu Utara, sebelum dipindahkan kembali ke Polda Sulsel.
Dalam perjalanan karirnya, ia juga pernah menjabat sebagai Wadanyon Gegana Brimob Polda. Namun, pada akhir tahun 2024, ia mendapatkan berkah yang luar biasa: Laode Rusli resmi naik pangkat dari Ajun Komisaris Polisi (AKP) menjadi Komisaris Polisi (Kompol).
Tanggal 3 Januari 2025, Laode mengundang teman-temannya, termasuk penulis, untuk merayakan kenaikan pangkatnya dengan ngopi di Warkop Abangda, dekat Rumah Sakit Grestelina Makassar. Pertemuan itu dimulai dengan salam komando dan cipika cipiki, diiringi tawa dan candaan.
Obrolan kami sangat beragam, tetapi mayoritas membahas isu-isu politik, terutama yang berkaitan dengan kampung halaman kami. Sambil menikmati kopi dan apang, percakapan kami penuh dengan humor. Saling bully menjadi hal yang biasa antara kami, menunjukkan bahwa persahabatan kami tidak mengenal batas pangkat atau status sosial.
“Selamatki, bosku! Semoga sukses dengan pangkat barumu dan segera mendapat promosi jabatan yang baru,” ucapku kepada Laode, disambut senyuman lebar darinya.
Melalui pertemanan ini, Laode Rusli tidak hanya mendapatkan pangkat yang lebih tinggi, tetapi juga mengingatkan kita tentang pentingnya persahabatan dan kebersamaan, terlepas dari status dan jabatan. Semoga pertemanan ini terus berlanjut, dan kami selalu punya waktu untuk ngopi bareng, berbagi tawa, serta mendiskusikan berbagai hal.