MAKASSAR, SULSEL – Polda Sulawesi Selatan dan Polrestabes Makassar terus mengembangkan penyelidikan terkait kasus kerusuhan dalam aksi demonstrasi yang terjadi beberapa waktu lalu. Hingga saat ini, pihak kepolisian telah mengamankan 53 tersangka, terdiri dari 43 orang dewasa dan 11 anak-anak.
Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menjelaskan bahwa penanganan dilakukan di berbagai lokasi kejadian, termasuk tempat kejadian perkara (TKP) baru yang sebelumnya belum diumumkan. Salah satunya adalah kasus penganiayaan terhadap seorang pengemudi ojek online.
Selain itu, polisi juga mengusut kasus pembakaran dua pos polisi (4 tersangka), kasus penghasutan melalui Undang-Undang ITE (1 tersangka), serta pencurian ATM Bank Sulselbar (10 orang masih dalam penyelidikan). Kerusuhan tersebut juga menyebabkan perusakan dua pos lalu lintas. Sebelas tersangka anak ditangani secara khusus, dengan sebagian dititipkan ke UPTD PPA dan Dinas Sosial.
“Dari segi lokasi, 14 tersangka diamankan di TKP DPRD Sulsel, 2 di Kejati Sulsel, 18 di DPRD Makassar, dan 4 kasus pencurian ditangani Polsek Rappocini,” ujar Arya Perdana.
Polisi juga berhasil menyita sejumlah barang bukti, termasuk kendaraan bajaj yang digunakan untuk membawa box ATM dari DPRD Makassar. Aksi penjarahan yang awalnya melibatkan 4 orang kini berkembang menjadi 10 orang.
“Polisi menemukan uang sebesar Rp320 juta dari box ATM yang dijarah. Uang tersebut dibagi-bagikan kepada para pelaku untuk membeli barang-barang pribadi,” tambahnya.
Arya Perdana menegaskan bahwa aksi penjarahan ini terorganisir dan bukan merupakan bagian dari demonstrasi. Para pelaku tidak membawa atribut demo, melainkan alat untuk membongkar ATM.
Saat ini, polisi masih terus menyelidiki kemungkinan adanya aktor intelektual di balik kejadian ini. Penyelidikan mendalam terus dilakukan untuk mengungkap seluruh pihak yang terlibat dalam aksi kerusuhan dan penjarahan tersebut.
