Makassar, Sulawesi Selatan – Hari Pers Nasional (HPN) 2025 menjadi momentum refleksi bagi banyak insan pers di Indonesia. Salah satu kisah inspiratif datang dari seorang jurnalis yang perjalanan karirnya tak hanya berkutat di meja redaksi, namun juga turut mewarnai panggung politik.
Kisah Rahman Pina ini bermula dari bangku kuliah di Universitas Hasanuddin. Di kampus inilah, ia memulai langkah pertamanya sebagai jurnalis kampus, mengasah kemampuan menulis dan meliput berbagai peristiwa. Dari ruang diskusi hingga liputan investigasi, ia belajar tentang pentingnya informasi sebagai pilar demokrasi.
“Kekuatan informasi adalah kunci,” ujarnya, mengenang masa-masa awal karirnya. Pengalaman tersebut membentuk karakter, pola pikir, dan wawasannya yang mendalam.
Perjalanan karirnya berlanjut, dan ia berkesempatan berinteraksi dengan berbagai tokoh politik. Pengalaman ini, menurutnya, memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dinamika pemerintahan dan dampak kebijakan terhadap masyarakat.
“Jurnalistik bukan hanya tentang menulis berita, tetapi juga tentang membentuk sudut pandang, membangun jejaring, dan memahami esensi perubahan sosial,” tuturnya.
Kisah Rahman Pina, Wakil Ketua DPRD Sulsel. Lahir dan besar di dunia wartawan, Rahman Pina sendiri menekankan pentingnya peran jurnalis dalam membentuk opini publik dan mengawal jalannya pemerintahan yang baik.
Hingga kini, meskipun telah berkiprah di ranah politik, semangat dan prinsip jurnalistik tetap menjadi pegangannya. Kritis, objektif, dan independen—tiga prinsip ini selalu menjadi pedoman dalam setiap langkah yang diambilnya.
Di Hari Pers Nasional 2025 ini, ia menyampaikan pesan harapannya kepada seluruh insan pers di Indonesia.
“Teruslah menjadi cahaya bagi kebenaran, suara bagi yang tak terdengar, dan pengawal demokrasi,” pesannya. Kisahnya menjadi inspirasi bagi generasi muda yang ingin berkiprah di dunia jurnalistik, bahwa perjalanan di dunia ini tidak hanya sekadar profesi, tetapi juga sebuah proses pembentukan karakter dan pengabdian bagi masyarakat” Tutupnya