Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

MENYOAL TREND #KaburAjaDulu,

55
×

MENYOAL TREND #KaburAjaDulu,

Sebarkan artikel ini

Ismawan Amir M.Sc
Graduate School Istanbul Commerce University, Turkiye

Lebaran tahun lalu, Ibu Sumi pulang ke Jawa setelah lebih dari sepuluh tahun bekerja di Taiwan. Ia mengira banyak hal akan berubah, tetapi begitu tiba di desanya, ia tertegun.

Example 500x700

“Jalanan masih sama,” katanya, menghela napas. “Gak tahu pemerintah desa bikin apa.”

Ia membayangkan jalan yang lebih baik, fasilitas umum yang lebih memadai, atau setidaknya tanda-tanda perkembangan. Tapi kenyataannya, desa itu tetap seperti dulu dan kehidupan berjalan tanpa banyak perubahan.

Bersama suami dan anaknya, saat itu ia menghabiskan hampir 200 juta rupiah selama di kampung. Untuk keluarga, belanja di warung, wisata, untuk berbagi rezeki, untuk menikmati waktu yang jarang mereka dapatkan.

Di Taiwan, Ibu Sumi bekerja di pabrik dinamo. “Barangnya dijual juga di Indonesia,” katanya cukup bangga.

Bukan hanya Ibu Sumi yang mencari penghidupan di luar negeri. Tetangga saya di Makassar juga memilih jalan yang sama. Sejak lulus dari Unhas, ia pindah ke Kalimantan. Tapi tawaran dari industri tambang di Afrika lebih menggiurkan. Ia pun rela berpisah dengan keluarganya demi kehidupan yang lebih menjanjikan.

Tagar #KaburAjaDulu

Akhir-akhir ini, agar ini ramai di media social. Anak-anak muda ingin pergi ke Jepang, ke Korea, ke Eropa, ke mana saja yang menawarkan harapan.

Bukan sekadar mengejar gaji besar. Mereka Ingin sistem yang adil, kerja keras mereka dihargai.

Di Turki, dalam sebuah diskusi dengan mahasiswa Indonesia, seseorang mahasiswa berkata kepada saya, “Saya belum ada rencana pulang.” “Di Indonesia, kalau gak punya orang dalam, semua susah,” lanjutnya. “Cari kerja sulit. Urus apa-apa ribet.”

Setahun berlalu setelah diskusi itu, tagar #kaburajadulu viral di media sosial. Mungkin bukan sekadar tren. kegelisahankah?

Apakah anak-anak muda kehilangan kepercayaan pada sistem di negeri sendiri. Bukan hanya soal pekerjaan atau gaji, tapi tentang keadilan, kesempatan, dan masa depan yang terasa semakin gelap?

Sementara itu, di satu sisi bonus demografi Indonesia makin besar. Jika kondisi ini terus berlanjut, bisa dibayangkan generasi emas 2045 berubah jadi generasi gelap.

Bonus demografi bisa berubah jadi bom waktu. Generasi emas 2045 mungkin hanya akan menjadi mitos.

Saya belum menemukan penelitian terbaru tentang trend ini. Mereka benar-benar pergi karena tak punya pilihan? atau karena yang lain.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Opini

dr.Dewi Setiawati Dosen FKIK UIN Alauddin Makassar Panjang…