Makassar, 22 September 2025 – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Selatan (Sulsel) telah memberikan keterangan resmi terkait penggunaan dana hibah untuk persiapan dan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara (Sumut) 2024.
Keterangan ini disampaikan setelah memenuhi undangan dari Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulsel untuk memberikan klarifikasi terkait pengelolaan dana hibah tersebut.
Ketua KONI Sulsel, Yasir Machmud, didampingi Sekretaris Mujiburrahman dan Bendahara Andi Suyuti, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyerahkan seluruh dokumen dan bukti penggunaan dana hibah sebesar Rp17,5 miliar yang diterima pada tahun 2024. Selain itu, KONI Sulsel juga memberikan informasi terkait dana PON lainnya sebesar Rp14 miliar yang dikelola langsung oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulsel.
“Dari total Rp17,5 miliar, sekitar Rp16,6 miliar kami alokasikan untuk keperluan vital atlet, seperti tiket pesawat, peralatan pertandingan, training center, kebutuhan tes fisik, vitamin, pengobatan atlet secara bertahap, uang saku atlet selama empat bulan, serta kebutuhan sarana pelatihan dan conditioning training atlet di kantor KONI selama masa desentralisasi dan sentralisasi,” ujar Yasir Machmud.
Sisanya, sekitar Rp900 juta, digunakan untuk operasional KONI Sulsel guna memastikan seluruh program berjalan sesuai kalender olahraga tahun 2024. Sementara itu, pengadaan pakaian, perlengkapan, akomodasi, uang saku atlet untuk tiga bulan terakhir, serta biaya penginapan dan transportasi selama di Aceh dan Sumut, yang mencapai Rp14 miliar, dikelola langsung oleh Dispora Sulsel.
Dalam upaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan atlet, pengurus KONI Sulsel bahkan tidak menerima tunjangan dan insentif sejak bulan Juli hingga Desember. Langkah ini diambil agar anggaran yang ada dapat difokuskan untuk mendukung persiapan PON, mulai dari tahap perencanaan, persiapan, hingga pelaksanaan.
Untuk memastikan pengelolaan anggaran berjalan efektif dan efisien, KONI Sulsel membentuk tiga tim satuan tugas (satgas):
1. Tim Pengendali Teknis Pembinaan dan Verifikasi Atlet PON, dipimpin oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) I Herman Hading.
2. Tim Monitoring dan Verifikasi Kebutuhan Peralatan Tanding, dipimpin oleh Waketum III Prof. Wasir Thalib.
3. Tim Real Cost Kebutuhan Anggaran PON, dipimpin oleh Waketum II Chalik Suang.
KONI Sulsel mengakui adanya kekurangan anggaran dalam membina 408 atlet yang berlaga di PON XXI. Hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat tidak semua kebutuhan atlet dapat terpenuhi secara optimal. Yasir Machmud memberikan perbandingan anggaran PON dari tahun ke tahun:
• PON XIX Jawa Barat 2018: Rp68 miliar untuk 321 atlet.
• PON XX Papua 2021: Rp32 miliar untuk 262 atlet.
• PON XXI Aceh-Sumut 2024: Rp17,5 miliar untuk 408 atlet.
“Bila dibandingkan dengan dua PON sebelumnya, anggaran yang kami miliki jauh di bawah, sementara jumlah atlet dan ofisial yang kami kirimkan meningkat dua kali lipat,” jelasnya.
Meskipun menghadapi keterbatasan anggaran, KONI Sulsel berhasil menunjukkan peningkatan prestasi. Pada PON XX Papua 2021, Sulsel berada di peringkat 11 dengan perolehan 11 emas, 13 perak, dan 13 perunggu (total 37 medali). Sementara pada PON XXI Aceh-Sumut 2024, Sulsel berada di peringkat 15 dengan perolehan 10 emas, 20 perak, dan 31 perunggu (total 61 medali), meningkat 24 medali dibandingkan PON sebelumnya.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh atlet, pelatih, dan ofisial yang telah berjuang maksimal untuk mengharumkan nama Sulawesi Selatan di ajang PON XXI. Peningkatan perolehan medali ini adalah bukti nyata bahwa dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah, kita bisa meraih prestasi meski dengan keterbatasan yang ada,” tutup Yasir Machmud.
















