Makassar, Sulawesi Selatan – Gerakan Aktivis Sulsel (GAS) mengecam keras deklarasi Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang digelar di Makassar. GAS menilai deklarasi tersebut sebagai upaya separatis yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Organisasi tersebut mengancam akan melakukan aksi besar-besaran jika KNPB tidak menarik rilisan dan meminta maaf dalam waktu 24 jam.
Irwan Abbas Paemba, perwakilan GAS, menyatakan keprihatinan atas terselenggaranya kegiatan tersebut di wilayah hukum Kota Makassar. Ia menilai deklarasi Papua Merdeka dan pernyataan-pernyataan yang dianggap provokatif dalam rilisan KNPB berpotensi memicu ketegangan dan reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat yang menginginkan keutuhan NKRI.
“Kegiatan ini sangat disayangkan telah terlaksana tanpa izin dari pihak berwajib,” tegas Irwan. Ia juga menyoroti pernyataan dalam rilisan KNPB yang menyebut Indonesia sebagai negara kolonial dan menyatakan penolakan untuk hidup berdampingan dengan NKRI. Hal ini, menurut Irwan, semakin memperkuat kecurigaan GAS terhadap upaya separatis yang dilakukan KNPB.
GAS mendesak KNPB untuk menarik rilisan yang dianggap provokatif dan meminta maaf atas upaya separatis tersebut. Jika dalam waktu 24 jam tuntutan tersebut tidak dipenuhi, GAS mengancam akan melakukan aksi besar-besaran untuk mengusir pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan yang dinilai mengancam keutuhan dan kedamaian NKRI.
Selain itu, GAS juga mengecam aparat keamanan, khususnya TNI-Polri, yang dinilai telah kecolongan atas terselenggaranya kegiatan tersebut. GAS berharap pihak berwajib ikut bertanggung jawab atas potensi kegaduhan yang ditimbulkan oleh deklarasi KNPB.
Pernyataan keras dari GAS ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik sosial di Makassar. Pihak kepolisian hingga saat ini belum memberikan pernyataan resmi terkait ancaman aksi besar-besaran dari GAS dan deklarasi KNPB. Situasi di Makassar terus dipantau untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Perlu dicatat: Berita ini disusun berdasarkan informasi yang diberikan sebelumnya. Untuk informasi lebih lanjut dan perkembangan terkini, silakan merujuk pada sumber berita terpercaya lainnya.