Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Uncategorized

DKP Sulsel Bangun 1.657 Apartemen Ikan di 13 Lokasi, Target Tambah Pendapatan Nelayan Rp 20,9 Miliar/Tahun

46
×

DKP Sulsel Bangun 1.657 Apartemen Ikan di 13 Lokasi, Target Tambah Pendapatan Nelayan Rp 20,9 Miliar/Tahun

Sebarkan artikel ini

MAKASSAR, 8 Desember 2025 – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) telah menyelesaikan pembangunan 1.657 unit apartemen ikan selama tahun 2025 sebagai upaya pengembangan kawasan perikanan rakyat. Program ini menjadi bagian dari implementasi Roadmap Ekonomi Biru Provinsi Sulsel 2025–2045 dan sejalan dengan asta cita Presiden Prabowo Subianto dalam meningkatkan ekonomi biru nasional.

Sebaran di 13 Lokasi, Luas Total 11 Hektar

Example 500x700

Apartemen ikan yang dibangun menutupi luasan total sekitar 11 hektar di sejumlah wilayah pesisir Sulsel, dengan penempatan di 13 titik lokasi yaitu Makassar, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Kepulauan Selayar, Pangkep, Barru, Pulau Panikiang (Barru), Pinrang, Luwu Timur, dan Palopo.

Beberapa lokasi seperti Pulau Panikiang, Selayar, dan Sinjai dipilih karena memiliki potensi ekologi tinggi, sedangkan kawasan Pangkep, Takalar, dan Makassar difokuskan pada penguatan produktivitas nelayan. Pemasangan setiap unit dilakukan dengan memperhatikan kondisi oseanografi, kedalaman, substrat dasar perairan, serta pola arus agar sesuai dengan lingkungan lokal.

Ganda Manfaat: Peningkatan Pendapatan dan Perlindungan Ekosistem

Program yang diluncurkan di bawah kepemimpinan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dan Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi bertujuan ganda: mendorong pemulihan ekosistem laut sekaligus meningkatkan produktivitas nelayan berbasis ekonomi biru.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, M. Ilyas, menyampaikan bahwa apartemen ikan terbukti efektif sebagai habitat buatan yang menarik ikan untuk berkembang biak dan berkumpul. “Ini mempersingkat waktu nelayan untuk mencari ikan. Dengan titik-titik baru yang produktif, nelayan bisa menghemat BBM, menekan biaya operasional, dan meningkatkan pendapatan,” ujarnya pada Minggu (7/12).

Selain itu, keberadaan apartemen ikan juga mengurangi tekanan penangkapan di area sensitif seperti terumbu karang alami. Setiap unit dirancang untuk menciptakan ruang perlindungan bagi ikan dan biota laut, menjadi tempat bertelur (spawning ground) dan pembesaran (nursery ground), meningkatkan keanekaragaman hayati, serta mendorong tumbuhnya terumbu karang buatan.

Proyeksi Produksi: 596 Ton Ikan/Tahun dengan Nilai Rp 20,9 Miliar

Diproyeksikan setiap modul apartemen ikan menghasilkan rata-rata 500–1.000 kg ikan per tahun. Dengan asumsi 60% dari biomassa bisa ditangkap tanpa merusak fungsi ekosistem, maka produksi bersih per modul per tahun adalah 360 kg.

Dengan total 1.657 modul, produksi ikan per tahun diperkirakan mencapai sekitar 596 ton. Dengan harga rata-rata campuran ikan seperti tuna, kakap, kerapu, tongkol, dan pelagis kecil sebesar Rp 35.000/kg, nilai ekonomi yang dihasilkan mencapai Rp 20,9 miliar per tahun.

Mengingat usia pakai apartemen ikan yang mencapai 7-15 tahun, dalam waktu 5 tahun program ini diharapkan menghasilkan nilai ekonomi Rp 104,3 miliar dan Rp 208,7 miliar dalam waktu 10 tahun.

Pendampingan dan Pemeliharaan Tahun 2026

Untuk memastikan pemanfaatan apartemen ikan berjalan optimal, DKP Provinsi Sulsel merencanakan pendampingan dan pemeliharaan pada tahun 2026. Langkah ini akan dilakukan dengan menggandeng Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas), pemerintah kabupaten/kota, dan komunitas lokal untuk melakukan pengawasan dan perawatan berkala.

“Ikan apartemen ini adalah aset bersama. Kita perlu menjaganya secara gotong royong agar manfaatnya dirasakan hingga puluhan tahun ke depan,” tambah Ilyas.

Manfaat Langsung Dirasakan Nelayan Kecil

Program ini telah memberikan manfaat langsung bagi kelompok nelayan kecil di sejumlah daerah. Nelayan kini dapat menangkap ikan lebih dekat dari garis pantai, mengurangi risiko cuaca buruk, dan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih stabil.

Abdul Gaffar, seorang nelayan dari Kabupaten Bulukumba, mengungkapkan pengalamannya: “Dulu kami harus melaut jauh dan lama untuk mencari ikan. Sekarang, dengan adanya apartemen ikan, kami hanya butuh waktu beberapa jam saja untuk mencapai lokasi dan sudah bisa mendapatkan hasil yang cukup.”
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *