Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Berita

Taruna Ikrar Guncang Industri Radiofarmaka: BPOM Resmikan Fasilitas Strategis di Sidoarjo

5
×

Taruna Ikrar Guncang Industri Radiofarmaka: BPOM Resmikan Fasilitas Strategis di Sidoarjo

Sebarkan artikel ini

SIDOARJO — Di sebuah kawasan industri yang selama ini identik dengan logistik farmasi di Jawa Timur, sebuah fasilitas berteknologi tinggi resmi berdiri dan mulai menandai babak baru layanan kedokteran nuklir Indonesia, pada Senin (15/12/2025).

Example 500x700

PT Global Onkolab Farma (GOF) — bagian dari Kalbe Group — meresmikan Fasilitas Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka Site Sidoarjo, fasilitas yang disebut Prof. Taruna Ikrar sebagai “lompatan strategis menuju kemandirian radiofarmaka nasional”.

Acara yang berlangsung di Komplek PT Enseval Putera Megatrading itu dihadiri jajaran direksi Kalbe, perwakilan Kementerian Kesehatan, BAPETEN, hingga Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D.,.

“Indonesia menambah satu pilar penting untuk memperkuat kemampuan diagnostik dan terapi kanker berbasis radioisotop,” kata Prof Taruna Ikrar di Sidoarjo.

Mengubah Peta Layanan Kedokteran Nuklir Indonesia

Dalam sambutannya, Prof. Taruna Ikrar menyampaikan selamat dan apresiasi atas komitmen industri dalam memperkuat ekosistem kemandirian radiofarmaka di Indonesia. Hadirnya site Sidoarjo, menurutnya, akan memperluas jangkauan distribusi radiofarmaka hingga wilayah Indonesia Tengah dan Timur — area yang selama ini mengalami kesenjangan akses layanan PET/CT dan SPECT.

Radiofarmaka merupakan instrumen vital: bukan hanya untuk diagnosis kanker melalui teknologi PET/CT, tetapi juga untuk terapi terarah, termasuk kanker tertentu yang memerlukan radionuklida untuk mematikan sel tumor secara presisi.

Namun keterbatasan fasilitas produksi membuat sebagian besar radiofarmaka Indonesia masih bergantung pada impor. Kondisi ini menciptakan risiko ketidakstabilitas layanan kesehatan — mulai dari pasokan tidak pasti hingga harga yang lebih tinggi.

Dengan beroperasinya Site Sidoarjo, Indonesia kini memiliki tiga fasilitas radiofarmaka ber-CPOB: Bio Farma Cikarang, GOF Pulomas Jakarta, dan GOF Sidoarjo.

“Ketiga pelaku industri ini harus bersinergi. Ini fondasi ketahanan kesehatan nasional,” tegas Prof. Taruna.

Fasilitas Sidoarjo dibangun dengan konsep mirroring terhadap site Pulomas. Artinya: seluruh sistem engineering, alur proses, teknologi sintesis radionuklida F-18 berbasis siklotron, hingga standar keselamatan radiasi direplikasi secara presisi.

 Strategi ini membuat proses sertifikasi — termasuk CPOB Injeksi Volume Kecil Radiofarmaka dan Nomor Izin Edar (NIE) — dapat dilakukan secara cepat tanpa mengurangi standar keamanan.

Pada 9 Desember 2025, BPOM resmi menerbitkan NIE untuk KALTRACE F-18 FDG, produk radiofarmaka GOF, sebagai variasi penambahan produsen untuk site Sidoarjo.

KALTRACE menjadi amunisi penting bagi rumah sakit di Jawa Timur, Bali, NTT, Kalimantan, hingga Makassar — wilayah yang sebelumnya menghadapi keterbatasan pasokan FDG.

Peluang Raksasa yang Sedang Dibuka Indonesia

Tren global semakin memperkuat urgensi pengembangan fasilitas ini. Pasar radiofarmaka dunia diproyeksikan tumbuh dari USD 7,2 miliar (2025) menjadi USD 10,1 miliar (2035) dengan CAGR 3,4%.

Segmen onkologi mendominasi hampir 51,4% pasar. Lonjakan kasus kanker global — dari 20 juta kasus baru (2022) menuju 35 juta pada 2050 — membuat kebutuhan radiofarmaka terus meningkat.

Di Indonesia, proyeksi 433.966 kasus kanker pada 2025 dengan 60% angka kematian menjadi alarm keras.

Dengan populasi 3,8 juta pasien kanker menurut NCBI, Indonesia menjadi pasar yang sangat besar bagi layanan kedokteran nuklir.

“Ini bukan hanya soal industri,” ujar Prof. Taruna, “ini soal memperluas kesempatan hidup pasien.”

BPOM menegaskan komitmennya melakukan pengawasan komprehensif sepanjang siklus hidup radiofarmaka: mulai dari standar CPOB, evaluasi keamanan-mutu-khasiat, hingga post-market surveillance.

Radiofarmaka memiliki risiko yang sangat spesifik karena unsur radioaktifnya membuat proses sintesis, uji mutu, dan distribusi harus berada dalam kendali ketat. “Pengawasan dilakukan bukan untuk menghambat, tetapi untuk menjamin manfaat klinis optimal bagi pasien,” kata Prof. Taruna.

Dalam acara peresmian, BPOM secara resmi menyerahkan: Sertifikat CPOB GOF Site Sidoarjo dan Nomor Izin Edar KALTRACE

BPOM memberi dukungan penuh terhadap operasional fasilitas melalui kolaborasi lintas lembaga. Momentum ini disambut tepuk tangan panjang para pemangku kepentingan.

Peresmian ini “BPOM di era Taruna Ikrar meresmikan fasilitas radiofarmaka strategis di Sidoarjo, mempercepat kemandirian Indonesia dalam layanan kedokteran nuklir dan penanganan kanker.”adalah bagian dari transformasi ketahanan kesehatan sebagaimana digariskan dalam UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023: meningkatkan kemandirian farmasi nasional dan memastikan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan merata.

“Saya mengajak seluruh pemangku kepentingan — regulator, industri, pemerintah daerah, fasilitas layanan kesehatan, dan komunitas profesi — untuk terus berkolaborasi menghasilkan nilai tambah berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Taruna Ikrar menutup sambutannya.

Fasilitas ini adalah bukti bahwa kemandirian farmasi bukan mimpi jauh. Ia sedang tumbuh hari ini — bertahap, konkret, dan mengubah peta layanan kesehatan Indonesia.

Dari Sidoarjo, sebuah fondasi baru telah ditanam untuk memperpanjang harapan hidup jutaan rakyat.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *