Oleh Muhlisin Ibnu Muhtarom, Penulis Buku ‘Sabilun Najihin, Senarai Inspirasi & Motivasi Sang Kiai Jalan Sukses Pendidikan Islami’.
Merupakan sebuah aksioma bahwa remaja dan pemuda memiliki potensi dan urgensi signifikan bagi diri, keluarga, lingkungan, bangsa, negara dan agamanya. Tidak kurang dari Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia, Bapak Ir. Sukarno mengkonfirmasi peranan hebat kawula muda dengan kata-kata populernya: “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kugoncankan dunia!”, atau ungkapan lainnya yang semakna.
Siapa yang mendorong dan mendesak Bapak Ir. Sukarno agar tidak berlama-lama menunda untuk segera memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia?, jawabannya adalah para pemuda. Dalam Mahfudzat dijelaskan bahwa eksistensi pemuda akan menentukan ‘hidup mati’-nya sebuah bangsa dan negara:
إِنَّ فِيْ يَدِ الشُّبَّانِ أَمْرَ الأُمَّةِ وَ فِيْ إِقْدَامِهَا حَيَاتَها
Kredo tersebut tidaklah berlebihan karena sudah teruji dengan bukti. Misalnya, ketika kita mengkaji sejarah Ashabul Kahfi maka akan ditemukan memang pemudalah symbol kekuatan untuk kemajuan, selama mereka berada dalam bingkai ketaqwaan dan bimbingan keilmuan. Tanpa ilmu pengetahuan dan ketaqwaan, niscaya pemuda tidak akan berdaya guna sebagaimana mestinya. Seperti dikatakan dalam Mahfudzat:
حَيَاةُ الفَتَى وَ اللهِ بِالعِلْمِ وَ التُّقَى# وَإِنْ لَمْ يَكُوْنَا فَلَا اعْتِبَارَ لِذَاتِهِ
Pendidikan Islam akan melahirkan generasi hebat, seperti halnya munculnya generasi Shalehuddin Al Ayyubi yang sejak beberapa dekade sebelumnya ternyata telah didahului dengan kebangkitan pendidikan Islam antara lain oleh Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali dan Syekh Abdul Qadir Jalenani, seperti dijelaskan dalam buku Hakadza Dzahara Jiilu Shalaahuddin wa Hakadza ‘Aadat Al Quds karya Dr. Majid Irsan Al Kilani.
Disi sisi lain, jiwa muda nan senantiasa membara dan tidak nyaman dengan keajegan (jumud) yang ada, perlu diimbangi dengan upaya terus menerus dalam membimbing diri agar tidak keluar dari rel jalan suci yang Allah SWT ridhai. Harus diakui, sebagaimana juga disitir dalam lirik lagu Raja Dangdut Bang H. Rhoma Irama: …..Darah muda darahnya para remaja, Yang selalu merasa gagah, Tak pernah mau mengalah, Masa muda masa yang berapi-api, Yang maunya menang sendiri, Walau salah tak peduli……. Biasanya para remaja, Berpikirnya sekali saja, Tanpa menghiraukan akibatnya, Wahai kawan para remaja, Waspadalah dalam melangkah, Agar tidak menyesal akhirnya……
Seringkali pemuda tidak atau kurang berfikir panjang terhadap resiko yang mungkin akan dihadapi. Apa yang diinginkan maunya segera dilakukan. Cenderung ‘bagaimana nanti!’ daripada ‘nanti bagaimana?’. Kondisi ini direkam dalam salah-satu sya’ir Mahmud Sami Basya Al Barudi (wafat 1332 H):
يَسْعَى الفَتَى لِأُمُوْرٍ قَدْ تَضُرَّ بِهِ # وَ لَيْسَ يَعْلَمُ مَا يَأْتِى وَمَا يَدَعُ
Oleh karenanya, kehadiran buku-buku yang mengkhususkan sebagai pencerahan bagi para remaja dan pemuda adalah sebuah kesyukuran dan kebahagiaan. Sehingga para generasi harapan kita semua ini, akan tampil optimal bahkan maksimal mengisi detik-detik kehidupan mereka dengan deretan prestasi yang laik diapresiasi. Jangan sampai para remaja dan pemuda menyesal kelak pada masa tuaanya karena masa emas (golden age) mereka habiskan sia-sia.
Pantun Da’i Sejuta Ummat, (almarhum) KH. Zainuddin MZ yang dulu seringkali diperdengarkan dalam ceramahnya, masih terus relevan sebagai arahan dan panutan:
Kelapa muda dikupas-kupasin,
Kelapa tua tinggal batoknya,
Selagi muda yuk dipuas-puasin,
Entar tua tinggal bongkoknya.
Dipuas-puasin untuk apa?, tentu untuk pelbagi kreatifitas dan produktifitas amal sholeh baik individual maupun massal. Ingat, jika ada tiga hal berikut ini terkumpul pada seseorang maka kebinasaan dan malapetaka adalah niscaya. Ketiganya adalah masa muda, waktu kosong dan kekayaan (dana). Lagi-lagi Mahfudzat menjelaskannya:
إِنَّ الشَّبَابَ وَ الفَرَاغَ وَ الجِدَّةَ مَفْسَدَةٌ لِلْمَرْءِ أَيُّ مَفْسَدَةٍ
Akhirnya, kami sampaikan selamat dan sukses barakah kepada penulis/penyusun buku ini, Andi Wahyudi, seorang mahasantri yang mau dan mampu berupaya melejitkan potensi diri. Sesungguhnya, dengan menghadirkan karya literasi ini, ia juga sedang terus menerpa diri untuk semakin maju. Bukankah menulis buku merupakan bagian dari cara efektif konstruktif dalam mengikat ilmu?.
Kepada para pembaca mulia, khususnya para remaja dan pemuda, marilah segera ambil peran untuk berkarya. A fruitless life is a useless life, hidup tanpa buah karya adalah hidup yang sia-sia. Bejak bestari sudah sejak lama memotivasi agar kita wariskan legacy kepada generasi selanjutnya: Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Selamat membaca dan berbahagia, semoga!. (Bogor Barat, Jum’at Pagi, 10 Juni 2022).
In frame: Coming soon Panggung Gembira (PG) Santri Kelas Nihai (6 TMI) Pesantren Darunnajah 2 Cipining














