Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Waspadai Bediding di Musim Kemarau: Suhu Dingin Bisa Picu Gangguan Kesehatan

10
×

Waspadai Bediding di Musim Kemarau: Suhu Dingin Bisa Picu Gangguan Kesehatan

Sebarkan artikel ini

Jakarta ,Fenomena bediding atau suhu dingin saat malam hingga pagi hari selama musim kemarau kembali dirasakan di sejumlah wilayah Indonesia, terutama di dataran tinggi dan wilayah pegunungan seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, serta Nusa Tenggara. Meski kerap dianggap sebagai hal yang lumrah, para pakar kesehatan mengingatkan bahwa perubahan suhu ekstrem ini berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat.

dr. Wachyudi Muchsin, S.Ked., S.H., M.Kes., C.Med., pemerhati kesehatan yang aktif dalam edukasi publik pamggilan akrab dokter koboi, mengungkapkan bahwa fenomena bediding dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lanjut usia, serta penderita penyakit kronis.

Example 500x700

“Saat malam dan dini hari, suhu bisa turun secara drastis hingga di bawah 18 derajat Celsius. Kondisi ini bisa menyebabkan penurunan sistem imun, sehingga tubuh lebih rentan terhadap serangan virus dan bakteri,” ungkap dr. Wachyudi saat diwawancarai pada jumat (18/7).

Fenomena bediding secara ilmiah disebabkan oleh minimnya tutupan awan di musim kemarau, yang membuat panas dari permukaan bumi cepat dilepaskan ke atmosfer pada malam hari. Akibatnya, suhu udara menurun signifikan dalam waktu singkat, khususnya di pagi hari sebelum matahari terbit.

BMKG mencatat, di beberapa wilayah pegunungan, suhu minimum bahkan bisa mencapai 14°C. Hal ini menimbulkan perubahan suhu harian yang sangat kontras antara siang dan malam.

Menurut dr. Wachyudi, suhu dingin yang tidak ditangani dengan perlindungan yang memadai dapat menimbulkan gangguan kesehatan sebagai berikut:

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) seperti flu, batuk, pilek, dan radang tenggorokan

Eksaserbasi penyakit kronis seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruktif kronik)

Peningkatan tekanan darah yang berisiko pada penderita hipertensi dan penyakit jantung

Gangguan tidur dan hipotermia ringan, terutama pada bayi dan lansia

“Perubahan suhu yang ekstrem memicu stres fisiologis pada tubuh. Bagi penderita penyakit kronis, hal ini bisa menjadi pencetus kekambuhan,” tambahnya.

Sebagai bentuk kewaspadaan, dokter koboi menyarankan agar masyarakat melakukan langkah-langkah preventif untuk menjaga kesehatan selama periode bediding. Di antaranya:

  1. Menggunakan pakaian hangat dan selimut tebal saat malam hari
  2. Mengonsumsi makanan dan minuman hangat serta bergizi untuk menjaga imunitas
  3. Meningkatkan asupan cairan guna menghindari dehidrasi akibat udara kering
  4. Menghindari aktivitas fisik berat pada pagi hari, khususnya bagi penderita hipertensi dan jantung
  5. Segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala batuk, demam, atau sesak napas yang berkelanjutan

Ia juga mengingatkan bahwa edukasi masyarakat mengenai fenomena ini perlu terus ditingkatkan melalui berbagai kanal informasi, termasuk media massa, media sosial, dan fasilitas pelayanan kesehatan.

“Bediding bukan sekadar ‘dingin biasa’. Ini fenomena alam yang nyata dan punya implikasi medis. Dengan edukasi dan kesiapsiagaan, kita dapat mengantisipasi dampaknya secara bijak,” tutup dr. Wachyudi.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *